Masyarakat kebanyakan kerap mempertanyakan kebenaran dan keabsahan
fengsui. Tak sedikit dari mereka mempertanyakan, apakah fengsui masuk
dalam pengetahuan atau kepercayaan? Pertanyaan ini sulit diterangkan
oleh orang yang tidak benar-benar mendalami fengsui dalam bingkai
pengetahuan yang sebenarnya.
Ilmu fengsui sebagai cara
penyelarasan hidup manusia dengan lingkungan dimana dia tinggal, menjadi
aturan ekosistem yang dianut masyarakat Tiongkok purba sejak 4700 tahun
lalu. Aturan tersebut berkembang dan tumbuh dalam lingkaran tradisi
yang divariasikan mengikuti kebudayaan dari suku dan masyarakat yang
menggunakannya. Dari pengetahuan, akhirnya fengsui dianggap sebagai
kepercayaan dan klenik, bahkan ada yang menganggapnya sebagai ajaran
agama tertentu.
Paradigma ini hanya dilihat dari satu sudut
pandang tertentu dengan menyisihkan data penting lainnya. Data untuk
sebuah kebenaran, tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan kuantitas yang
ada, tetapi harus diuji melalui literatur pokok sebagai metodologi
untuk suatu kebenaran.
Bukan Klenik
Di masyarakat kita, banyak “orang
pintar” atau paranormal yang mengaku sebagai ahli fengsui. Mereka
mungkin ada yang menguasai pengetahuan dasar fengsui dengan baik, tetapi
sangat jarang yang paham dengan benar teori fengsui secara konseptual.
Selain
itu, sebagian dari mereka “mendalami” fengsui berdasarkan hafalan dan
kebiasaan dari aturan tradisi yang diwarisinya, bukan melalui penelitian
seperti yang tertulis dalam literatur dan buku-buku fengsui kuno.
Hal
ini mungkin disebabkan karena ilmu fengsui yang masuk ke Indonesia
kebanyakan dibawa oleh rohaniawan dan peramal nasib. Mereka sangat
identik dengan kehidupan klenteng/agama Tao dan vihara/agama Buddha.
Di
tangan mereka, fengsui sering berubah menjadi konsep mencari nasib
baik, bukan sebagai ilmu arsitektur bangunan yang bisa memberi
kenyamanan lahir batin bagi penghuninya. Ini disebabkan sebagian besar
praktisinya tidak mengenal ilmu arsitektur.
Kondisi seperti ini
makin terpelihara, karena sebagian besar masyarakat Tionghoa zaman dulu
memiliki visi yang sederhana, yaitu giat bekerja untuk meraih nasib
mujur/hoki. Mereka lebih suka membicarakan fakta yang ada daripada
pusing memikirkan teori yang tidak jelas. Mereka lebih suka menjadi
pendengar daripada membaca buku. Dari kebiasaan ini, tanpa sadar telah
mengubur konsep yang nyata menjadi kepercayaan yang bernuasa tradisi—dan
fengsui adalah salah satunya.
Fengsui Makin DigemariSekarang,
kemajuan informasi yang pesat telah mengubah wajah dunia, Perbedaan
jarak sudah tidak bisa lagi dibelenggu oleh waktu. Masyarakat dunia
dengan mudahnya mengakses internet untuk mencari informasi dari pelosok
dunia. Orang yang menguasai informasi akan bertambah pintar, sedangkan
yang menutup diri dengan kebenaran yang belum tentu benar akan
tertinggal zaman.
Fengsui yang semula didewakan untuk mengelabui
masyarakat sebagai klenik untuk mencari kemakmuran, mulai ditinggal
pasar. Bahkan kini informasi tentang fengsui sebagai pengetahuan untuk
hidup selaras dengan alam mulai digemari masyarakat dunia.
Di
Barat, seni arsitektur sudah ada sejak ribuan tahun lalu, tetapi baru
dikukuhkan sebagai cabang ilmu pengetahuan 150 tahun lalu. Sebaliknya,
masyarakat China sudah sejak ribuan tahun mengakui fengsui sebagai ilmu
geologi dan arsitektur. Jadi orang yang akan membangun rumah, harus
terlebih dahulu meminta bantuan ahli fengsui untuk memilihkan lokasi dan
merancang desain bangunannya. Bangunan yang ditangani bisa berupa
tempat tinggal, istana raja, kuburan, perencanaan jalan dan jembatan,
sampai rumah ibadah.
Identik dengan Teknik ArsitekturDari
data tertulis dan peninggalan bangunan yang masih bisa dilihat dan
dipelajari, ternyata peran fengsui sangat dominan dalam sejarah
arsitektur China sampai saat ini.
Literatur fengsui yang
tersimpan dengan baik, kebanyakan berasal dari dinasti Song (960 M –
1279 M) dan Ming (1368 M – 1644 M), dan dengan jelas memberi pelajaran
tentang:
- Pemilihan lokasi dengan studi kedudukan gunung dan posisi sungai (faktor ekosistem).
- Penelitian lingkungan dengan studi topografis dan sifat lahan (faktor ekologi).
- Posisi bangunan untuk menentukan arah bangunan yang baik (harmonisasi).
- Perencanaan
bangunan meliputi bentuk (tampak depan, belakang, kanan dan kiri), tata
ruang, ventilasi cahaya angin, sanitasi (faktor arsitektural).
- Perencanaan eksterior (taman, kolam, saluran air bersih dan kotor).
- Penempatan interior (ranjang, kompor dan lainnya).
Pembahasan semua teori fengsui tersebut menggunakan rumusan dan konsep
yang jelas, dengan penelitian yang sudah dimatangkan sejak ribuan tahun
sebelumnya. Walaupun penjabaran fengsui bernafaskan tradisi China kuno,
tetapi semuanya bisa dimengerti dengan logika dan tidak ada satupun
buku-buku fengsui kuno menjabarkan tentang mistik dan klenik.
Karena
teori fengsui sangat rumit dan tidak semua orang yang berbahasa
Mandarin bisa memahaminya, maka kesulitan ini sering digunakan sebagai
peluang dengan cara membubuhinya dengan nafas mistis agar citra fengsui
terkesan lebih misterius.
Dari data-data tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa fengsui dengan teknik arsitektur memiliki banyak
persamaan yang bisa dikaji untuk melahirkan inovasi desain yang lebih
baru.
Dari pengamatan saya, sebagian arsitek yang sangat alergi
dengan fengsui, karena mereka memiliki pengalaman menyakitkan dengan
“suhu/paranormal” fengsui yang dipercayai pemilik rumah yang
dirancangnya. Desain mereka dirusak atau disalahkan, tanpa solusi yang
bijak, sehingga tata ruang kacau dan tidak nyaman. Umumnya hal ini
disebabkan sang “suhu” tidak paham teknik arsitektur dan tidak bisa
membaca denah, sehingga si arsitek yang menjadi korban.
Keadaan
akan sangat berbeda, saat konsumen mempertemukan arsitek dengan ahli
fengsui yang menguasai teknik arsitektur atau memiliki dasar ilmu
arsitektur. Arsitek akan merasa beruntung, karena karakter desainnya
tidak dirusak oleh praktisi fengsui. Tentu ada ada bagian-bagian
bangunan yang tidak baik menurut fengsui, tetapi semua bisa diselesaikan
dengan solusi yang lebih indah dan baik, sehingga bangunan yang
dirancang jadi lebih nyaman untuk ditempati.
Orang bilang mencari rumah sama dengan mencari jodoh. Apalagi saat
mencari rumah pertama, biasanya calon pembeli akan banyak melakukan
pertimbangan.
Bagi Anda yang ingin membeli rumah, terutama rumah
baru, pakar properti Panangian Simanungkalit mengatakan, ada tujuh
langkah penting yang harus dilakukan:
Mengadakan Perbandingan
Lakukan
perbandingan rumah yang akan dibeli dengan rumah-rumah yang berada di
sekitarnya (dalam hal desain, bentuk arsitektur, dan lingkungan).
Mengumpulkan Informasi Kumpulkan
selengkap mungkin informasi rumah yang akan dibeli, seperti status
tanah dan bangunan, kepemilikan, serta harga yang ditawarkan. Jangan
membeli rumah di perumahan yang banyak dibeli spekulan, karena perumahan
tersebut pasti akan sepi penghuni. Hal ini akan berpengaruh pada
perkembangan harga rumah.
Mengamati Kondisi RumahPerhatikan
secara teliti kondisi bangunan, tata letak, dan interior rumah. Bila
perlu, jelajahi setiap ruangan dan tanyakan semua secara detail kepada
pemilik atau pengembang.
Mempelajari Harga PasarKumpulkan
dan bandingkan harga-harga rumah yang berlaku saat ini, di wilayah
tersebut dengan jenis rumah yang sama. Dengan mempelajari pasaran harga,
akan ditemukan harga yang terbilang wajar dan tidak mahal.
Meminta Pendapat Pihak KetigaMintalah pendapat dari pihak lain (second opinion)
tentang rumah yang diinginkan. Pihak ketiga yang dapat diminta pendapat
antara lain keluarga, sahabat, agen properti, atau penilai profesional,
yang dapat menilai secara objektif mengenai kondisi dan harga rumah
tersebut.
Menghubungi Notaris
Gunakan jasa
Notaris untuk membantu proses transaksi pembelian rumah. Sebab, masalah
hukum dalam jual-beli rumah adalah hal kompleks, rumit, dan memerlukan
kepastian hukum.
Mengatur Sistem PembayaranPembayaran
atas transaksi rumah harus diatur dengan baik. Akan lebih baik jika
sistem pembayaran dilakukan dengan mudah dengan meminimalkan risiko
kejahatan bagi kedua belah pihak, seperti melakukan pembayaran melalui
transfer bank.
Kemacetan dan gaya hidup modern belakangan ini, membuat penjualan
apartemen kian meningkat. Umumnya, alasan membeli apartemen adalah untuk
mendekatkan tempat tinggal dengan tempat beraktivitas, seperti bekerja
atau kuliah.
Berikut ini kelebihan dan kekurangan investasi
apartemen yang dikutip dari buku ‘Menjadi Kaya Melalui Properti’ tulisan
Panangian Simanungkalit:
Kelebihan Pertama, permintaan (demand) tinggi, terutama di area CBD (central business district), kawasan pemukiman ekspatriat, dan lingkungan kampus. Kawasan pemukiman ekspatriat di Jakarta misalnya kawasan Kemang.
Kedua,
jangka waktu sewa menengah (2-3 tahun). Apartemen atau kondominium
biasanya disewa untuk mendekatkan penyewa dengan lokasi kegiatannya,
terutama lokasi kantor. Dengan demikian, jangka waktu sewanya rata-rata
sekitar dua atau tiga tahun.
Ketiga, risiko kekosongan rendah.
Artinya, jika lokasi tersebut sudah nyaman sebagai tempat tinggal,
biasanya penyewa akan terus menempati apartemen tersebut. Di lain pihak,
calon penyewa pun berdatangan mencari unit-unit yang kosong untuk
disewa. Salah satu faktor rendahnya risiko kekosongan apartemen adalah
mulai terbiasanya masyarakat kita dengan budaya tinggal di hunian
vertikal.
Keempat, capital rate tinggi (7%-10%). Dengan risiko kekosongan unit yang rendah, maka income yang datang dari sewa unit pun otomatis menjadi lancar. Hal ini tentu saja membuat Cap Rate tinggi, di atas Cap Rate rumah sewa atau ruko dan rukan.
Kekurangan Pertama,
pemilik harus jeli memilih lokasi apartemen atau kondominium yang
prospektif. Belakangan, banyak pengembang yang membangun apartemen jauh
dari pusat kota atau pusat keramaian. Kawasan seperti ini umumnya tidak
layak dijadikan lokasi apartemen, dan tentu saja tidak prospektif
sebagai investasi.
Kedua, pemilik harus memilih manajemen gedung (building management) yang baik. Banyak apartemen di kawasan prospektif CBD yang sepi penyewa karena dikelola manajemen gedung yang kurang baik.
Manajemen
gedung yang baik selalu memerhatikan faktor kenyamanan penghuni. Mereka
juga memerhatikan perbaikan fasilitas umum, seperti kolam renang, lift,
dan lain-lain.
Untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki rumah
layak huni, Kementerian Perumahan Rakyat memberikan bantuan pembiayaan
fasilitas likuiditas perumahan rakyat (FLPP). Bagi calon nasabah/debitur
KPR FLPP Sejahtera, ada lima syarat yang harus dipenuhi.
1) Berpenghasilan tetap dengan gaji pokok paling besar Rp3,5 juta (Rumah Sejahtera Tapak) dan Rp5,5 juta (Rusun).
2) Belum pernah memiliki rumah.
3) Belum pernah menerima subsidi perumahan dan FLPP.
4) Mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP).
5)
Menyerahkan fotokopi surat pemberitahuan pajak (SPT) tahunan PPh orang
pribadi atau surat pernyataan bahwa penghasilan pokok yang bersangkutan
tidak melebihi batas penghasilan pokok yang dipersyaratkan.
Sebelumnya, Kemenpera telah menetapkan ketentuan harga rumah yang dapat memanfaatkan KPR FLPP berdasar wilayah.
- Wilayah I: Sumatera, Jawa, dan Sulawesi (harga maksimal Rp88 juta).
- Wilayah II: Kalimantan, Kepulauan Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara (harga maksimal Rp95 juta).
- Wilayah III: Papua dan Papua Barat (harga maksimal Rp145 juta).
- Wilayah Khusus: Jabodetabek, Batam, Bintan, Karimun, dan Bali (harga maksimal Rp 95 juta).
Sedangkan untuk KPR Sejahtera Susun, harga unit rumah susun maksimal Rp216 juta.
Dengan
dimenangkannya gugatan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman
Seluruh Indonesia (APERSI) terhadap Pasal 22 ayat 3, UU No. 1/2011
tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) di Mahkamah Konstitusi,
maka rakyat dapat membeli rumah di bawah tipe 36 dengan subsidi
pemerintah. Dengan cicilan selama 20 tahun dan suku bunga flat 7,25%,
konsumen bisa mencicil antara Rp635 ribu - Rp1,5 juta per bulan.
rumah.com