Sabtu, 27 Oktober 2012

Fengsui Adalah Teknik Arsitektur, Bukan Klenik

Masyarakat kebanyakan kerap mempertanyakan kebenaran dan keabsahan fengsui. Tak sedikit dari mereka mempertanyakan, apakah fengsui masuk dalam pengetahuan atau kepercayaan? Pertanyaan ini sulit diterangkan oleh orang yang tidak benar-benar mendalami fengsui dalam bingkai pengetahuan yang sebenarnya.

Ilmu fengsui sebagai cara penyelarasan hidup manusia dengan lingkungan dimana dia tinggal, menjadi aturan ekosistem yang dianut masyarakat Tiongkok purba sejak 4700 tahun lalu. Aturan tersebut berkembang dan tumbuh dalam lingkaran tradisi yang divariasikan mengikuti kebudayaan dari suku dan masyarakat yang menggunakannya. Dari pengetahuan, akhirnya fengsui dianggap sebagai kepercayaan dan klenik, bahkan ada yang menganggapnya sebagai ajaran agama tertentu.

Paradigma ini hanya dilihat dari satu sudut pandang tertentu dengan menyisihkan data penting lainnya. Data untuk sebuah kebenaran, tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan kuantitas yang ada, tetapi harus diuji melalui literatur pokok sebagai metodologi untuk suatu kebenaran. 


Bukan Klenik
Di masyarakat kita, banyak “orang pintar” atau paranormal yang mengaku sebagai ahli fengsui. Mereka mungkin ada yang menguasai pengetahuan dasar fengsui dengan baik, tetapi sangat jarang yang paham dengan benar teori fengsui secara konseptual.

Selain itu, sebagian dari mereka “mendalami” fengsui berdasarkan hafalan dan kebiasaan dari aturan tradisi yang diwarisinya, bukan melalui penelitian seperti yang tertulis dalam literatur dan buku-buku fengsui kuno.

Hal ini mungkin disebabkan karena ilmu fengsui yang masuk ke Indonesia kebanyakan dibawa oleh rohaniawan dan peramal nasib. Mereka sangat identik dengan kehidupan klenteng/agama Tao dan vihara/agama Buddha.

Di tangan mereka, fengsui sering berubah menjadi konsep mencari nasib baik, bukan sebagai ilmu arsitektur bangunan yang bisa memberi kenyamanan lahir batin bagi penghuninya. Ini disebabkan sebagian besar praktisinya tidak mengenal ilmu arsitektur.

Kondisi seperti ini makin terpelihara, karena sebagian besar masyarakat Tionghoa zaman dulu memiliki visi yang sederhana, yaitu giat bekerja untuk meraih nasib mujur/hoki. Mereka lebih suka membicarakan fakta yang ada daripada pusing memikirkan teori yang tidak jelas. Mereka lebih suka menjadi pendengar daripada membaca buku. Dari kebiasaan ini, tanpa sadar telah mengubur konsep yang nyata menjadi kepercayaan yang bernuasa tradisi—dan fengsui adalah salah satunya.

Fengsui Makin DigemariSekarang, kemajuan informasi yang pesat telah mengubah wajah dunia, Perbedaan jarak sudah tidak bisa lagi dibelenggu oleh waktu. Masyarakat dunia dengan mudahnya mengakses internet untuk mencari informasi dari pelosok dunia. Orang yang menguasai informasi akan bertambah pintar, sedangkan yang menutup diri dengan kebenaran yang belum tentu benar akan tertinggal zaman.

Fengsui yang semula didewakan untuk mengelabui masyarakat sebagai klenik untuk mencari kemakmuran, mulai ditinggal pasar. Bahkan kini informasi tentang fengsui sebagai pengetahuan untuk hidup selaras dengan alam mulai digemari masyarakat dunia.

Di Barat, seni arsitektur sudah ada sejak ribuan tahun lalu, tetapi baru dikukuhkan sebagai cabang ilmu pengetahuan 150 tahun lalu. Sebaliknya, masyarakat China sudah sejak ribuan tahun mengakui fengsui sebagai ilmu geologi dan arsitektur. Jadi orang yang akan membangun rumah, harus terlebih dahulu meminta bantuan ahli fengsui untuk memilihkan lokasi dan merancang desain bangunannya. Bangunan yang ditangani bisa berupa tempat tinggal, istana raja, kuburan, perencanaan jalan dan jembatan, sampai rumah ibadah.

Identik dengan Teknik ArsitekturDari data tertulis dan peninggalan bangunan yang masih bisa dilihat dan dipelajari, ternyata peran fengsui sangat dominan dalam sejarah arsitektur China sampai saat ini.

Literatur fengsui yang tersimpan dengan baik, kebanyakan berasal dari dinasti Song (960 M – 1279 M) dan Ming (1368 M – 1644 M), dan dengan jelas memberi pelajaran tentang:

  • Pemilihan lokasi dengan studi kedudukan gunung dan posisi sungai (faktor ekosistem).
  • Penelitian lingkungan dengan studi topografis dan sifat lahan (faktor ekologi).
  • Posisi bangunan untuk menentukan arah bangunan yang baik (harmonisasi).
  • Perencanaan bangunan meliputi bentuk (tampak depan, belakang, kanan dan kiri), tata ruang, ventilasi cahaya angin, sanitasi (faktor arsitektural).
  • Perencanaan eksterior (taman, kolam, saluran air bersih dan kotor).
  • Penempatan interior (ranjang, kompor dan lainnya).

Pembahasan semua teori fengsui tersebut menggunakan rumusan dan konsep yang jelas, dengan penelitian yang sudah dimatangkan sejak ribuan tahun sebelumnya. Walaupun penjabaran fengsui bernafaskan tradisi China kuno, tetapi semuanya bisa dimengerti dengan logika dan tidak ada satupun buku-buku fengsui kuno menjabarkan tentang mistik dan klenik.

Karena teori fengsui sangat rumit dan tidak semua orang yang berbahasa Mandarin bisa memahaminya, maka kesulitan ini sering digunakan sebagai peluang dengan cara membubuhinya dengan nafas mistis agar citra fengsui terkesan lebih misterius.

Dari data-data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa fengsui dengan teknik arsitektur memiliki banyak persamaan yang bisa dikaji untuk melahirkan inovasi desain yang lebih baru.

Dari pengamatan saya, sebagian arsitek yang sangat alergi dengan fengsui, karena mereka memiliki pengalaman menyakitkan dengan “suhu/paranormal” fengsui yang dipercayai pemilik rumah yang dirancangnya. Desain mereka dirusak atau disalahkan, tanpa solusi yang bijak, sehingga tata ruang kacau dan tidak nyaman. Umumnya hal ini disebabkan sang “suhu” tidak paham teknik arsitektur dan tidak bisa membaca denah, sehingga si arsitek yang menjadi korban.

Keadaan akan sangat berbeda, saat konsumen mempertemukan arsitek dengan ahli fengsui yang menguasai teknik arsitektur atau memiliki dasar ilmu arsitektur. Arsitek akan merasa beruntung, karena karakter desainnya tidak dirusak oleh praktisi fengsui. Tentu ada ada bagian-bagian bangunan yang tidak baik menurut fengsui, tetapi semua bisa diselesaikan dengan solusi yang lebih indah dan baik, sehingga bangunan yang dirancang jadi lebih nyaman untuk ditempati.

Tujuh Langkah Dalam Membeli Rumah

Orang bilang mencari rumah sama dengan mencari jodoh. Apalagi saat mencari rumah pertama, biasanya calon pembeli akan banyak melakukan pertimbangan.

Bagi Anda yang ingin membeli rumah, terutama rumah baru, pakar properti Panangian Simanungkalit mengatakan, ada tujuh langkah penting yang harus dilakukan:

Mengadakan Perbandingan

Lakukan perbandingan rumah yang akan dibeli dengan rumah-rumah yang berada di sekitarnya (dalam hal desain, bentuk arsitektur, dan lingkungan).

Mengumpulkan Informasi  Kumpulkan selengkap mungkin informasi rumah yang akan dibeli, seperti status tanah dan bangunan, kepemilikan, serta harga yang ditawarkan. Jangan membeli rumah di perumahan yang banyak dibeli spekulan, karena perumahan tersebut pasti akan sepi penghuni. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan harga rumah.

Mengamati Kondisi RumahPerhatikan secara teliti kondisi bangunan, tata letak, dan interior rumah. Bila perlu, jelajahi setiap ruangan dan tanyakan semua secara detail kepada pemilik atau pengembang.

Mempelajari Harga PasarKumpulkan dan bandingkan harga-harga rumah yang berlaku saat ini, di wilayah tersebut dengan jenis rumah yang sama. Dengan mempelajari pasaran harga, akan ditemukan harga yang terbilang wajar dan tidak mahal.

Meminta Pendapat Pihak KetigaMintalah pendapat dari pihak lain (second opinion) tentang rumah yang diinginkan. Pihak ketiga yang dapat diminta pendapat antara lain keluarga, sahabat, agen properti, atau penilai profesional, yang dapat menilai secara objektif mengenai kondisi dan harga rumah tersebut.

Menghubungi Notaris
Gunakan jasa Notaris untuk membantu proses transaksi pembelian rumah. Sebab, masalah hukum dalam jual-beli rumah adalah hal kompleks, rumit, dan memerlukan kepastian hukum.

Mengatur Sistem PembayaranPembayaran atas transaksi rumah harus diatur dengan baik. Akan lebih baik jika sistem pembayaran dilakukan dengan mudah dengan meminimalkan risiko kejahatan bagi kedua belah pihak, seperti melakukan pembayaran melalui transfer bank.

Plus-Minus investasi Apartment

Kemacetan dan gaya hidup modern belakangan ini, membuat penjualan apartemen kian meningkat. Umumnya, alasan membeli apartemen adalah untuk mendekatkan tempat tinggal dengan tempat beraktivitas, seperti bekerja atau kuliah.

Berikut ini kelebihan dan kekurangan investasi apartemen yang dikutip dari buku ‘Menjadi Kaya Melalui Properti’ tulisan Panangian Simanungkalit:


Kelebihan Pertama, permintaan (demand) tinggi, terutama di area CBD (central business district), kawasan pemukiman ekspatriat, dan lingkungan kampus. Kawasan pemukiman ekspatriat di Jakarta misalnya kawasan Kemang.

Kedua, jangka waktu sewa menengah (2-3 tahun). Apartemen atau kondominium biasanya disewa untuk mendekatkan penyewa dengan lokasi kegiatannya, terutama lokasi kantor. Dengan demikian, jangka waktu sewanya rata-rata sekitar dua atau tiga tahun.

Ketiga, risiko kekosongan rendah. Artinya, jika lokasi tersebut sudah nyaman sebagai tempat tinggal, biasanya penyewa akan terus menempati apartemen tersebut. Di lain pihak, calon penyewa pun berdatangan mencari unit-unit yang kosong untuk disewa. Salah satu faktor rendahnya risiko kekosongan apartemen adalah mulai terbiasanya masyarakat kita dengan budaya tinggal di hunian vertikal.

Keempat, capital rate tinggi (7%-10%). Dengan risiko kekosongan unit yang rendah, maka income yang datang dari sewa unit pun otomatis menjadi lancar. Hal ini tentu saja membuat Cap Rate tinggi, di atas Cap Rate rumah sewa atau ruko dan rukan.

Kekurangan Pertama, pemilik harus jeli memilih lokasi apartemen atau kondominium yang prospektif. Belakangan, banyak pengembang yang membangun apartemen jauh dari pusat kota atau pusat keramaian. Kawasan seperti ini umumnya tidak layak dijadikan lokasi apartemen, dan tentu saja tidak prospektif sebagai investasi.

Kedua, pemilik harus memilih manajemen gedung (building management) yang baik. Banyak apartemen di kawasan prospektif CBD yang sepi penyewa karena dikelola manajemen gedung yang kurang baik.

Manajemen gedung yang baik selalu memerhatikan faktor kenyamanan penghuni. Mereka juga memerhatikan perbaikan fasilitas umum, seperti kolam renang, lift, dan lain-lain.

Syarat mendapat hunian bersubsidi

Untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki rumah layak huni, Kementerian Perumahan Rakyat memberikan bantuan pembiayaan fasilitas likuiditas perumahan rakyat (FLPP). Bagi calon nasabah/debitur KPR FLPP Sejahtera, ada lima syarat yang harus dipenuhi.

1) Berpenghasilan tetap dengan gaji pokok paling besar Rp3,5 juta (Rumah Sejahtera Tapak) dan Rp5,5 juta (Rusun).
2) Belum pernah memiliki rumah.
3) Belum pernah menerima subsidi perumahan dan FLPP.
4) Mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP).
5) Menyerahkan fotokopi surat pemberitahuan pajak (SPT) tahunan PPh orang pribadi atau surat pernyataan bahwa penghasilan pokok yang bersangkutan tidak melebihi batas penghasilan pokok yang dipersyaratkan.


Sebelumnya, Kemenpera telah menetapkan ketentuan harga rumah yang dapat memanfaatkan KPR FLPP berdasar wilayah.
  • Wilayah I: Sumatera, Jawa, dan Sulawesi (harga maksimal Rp88 juta).
  • Wilayah II: Kalimantan, Kepulauan Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara (harga maksimal Rp95 juta).
  • Wilayah III: Papua dan Papua Barat (harga maksimal Rp145 juta).
  • Wilayah Khusus: Jabodetabek, Batam, Bintan, Karimun, dan Bali (harga maksimal Rp 95 juta).

Sedangkan untuk KPR Sejahtera Susun, harga unit rumah susun maksimal Rp216 juta.

Dengan dimenangkannya gugatan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) terhadap Pasal 22 ayat 3, UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) di Mahkamah Konstitusi, maka rakyat dapat membeli rumah di bawah tipe 36 dengan subsidi pemerintah. Dengan cicilan selama 20 tahun dan suku bunga flat 7,25%, konsumen bisa mencicil antara Rp635 ribu - Rp1,5 juta per bulan.




rumah.com